BerandaSejarahNapak Tilas Sejarah Perjuangan...

Napak Tilas Sejarah Perjuangan Kyai Abdul Wahab Chasbullah

Terbaru

Kyai Abdul Wahab Chasbullah Foundation (KWF) yang dilaunching pada tahun 2020 lalu di Ndalem Kasepuhan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambak Beras Jombang, hari ini meresmikan kantor baru di Jakarta (15/02/2021).

Sejumlah pengurus dan dzuriyyah KH Abdul Wahab Chasbullah, PCNU Jakarta Pusat, Perwakilan Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah (UNWAHA), STIH IBLAM dan Muslimat NU, hadir di peresmian kantor yang tepat lokasinya berada di Jalan Kramat Raya Senen Jakarta Pusat.

Selain itu, peresmian kantor KWF ini juga dihadiri secara virtual oleh pengurus, keluarga dan alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, karena kondisi saat ini masih pandemi sehingga peserta yang hadir dibatasi dengan protokol kesehatan ketat.

3e4ff142 29e6 4585 812a 74323b65fedc
Aanak anak dari KH Abdul Wahab Chasbullah menghadiri peresmian kantor Kyai Abdul Wahab Chasbullah Foundation (KWF) di Jakarta

Bupati Jombang, Nyai Hj Mundjidah Wahab yang juga merupakan putri KH Abdul Wahab Chasbullah mengatakan, kantor baru ini menjadi ruang gagasan dan menghidupkan kembali spirit perjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah dalam bernegara dan bermasyarakat.

“Secara garis besar, pemikiran-pemikiran Kiai Wahab sudah terimplementasikan. Namun hal tersebut perlu dilestarikan dan ditingkatkan sehingga bisa terimplementasikan ke seluruh lapisan masyarakat,”ucapnya.

Sementara itu, putri KH Abdul Wahab Chasbullah lainnya, Nyai Hj Hizbiyah Wahab yang juga Ketua Muslimat NU DKI Jakarta berujar, dengan adanya kantor ini dapat ikut menopang penguatan akidah ahlussunnah waljamaah di masyarakat melalui majlis taklim maupun aktivitas Nahdlatul Ulama di Jakarta.

“Pengembangan wawasan kebangsaan yang bersumber dari pemikiran-pemikiran Kiai Wahab perlu dilakukan, terutama dalam penguatan ekonomi masyarakat seperti saat Nahdlatut Tujjar digagas Kiai Wahab,” katanya.

Jaenal Effendi, Ketua Kyai Wahab Foundation menyebutkan, syukuran kantor baru ini merupakan napak tilas dari sejarah perjuangan Kiai Wahab yang dulu dari Jombang ke Surabaya dan Jakarta.

“Lembaga ini juga begitu, launching di Jombang dan peresmian kantornya di Jakarta, sebagai perwujudan meneruskan cita-cita perjuangan beliau,”sebutnya.

Masih dalam kegiatan virtual peresmian kantor KWF ini, Ketua Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, KH M Hasib Wahab menuturkan bahwa kantor ini juga merupakan wadah bagi keluarga besar Kyai Abdul Wahab untuk melanjutkan perjuangan almarhum.

“Kami putra putri dari Kiai Wahab yang masih hidup ini, ingin memberikan suatu hal yang baik kepada orang tua, karena beliau sudah almarhum, maka kita membuat wadah yang kantornya kita resmikan hari ini. Artinya kita ingin menjaga dan melestarikan ide-ide Kiai Wahab, pemikiran-pemikiran Kiai Wahab, gagasan-gagasan Kiai Wahab yang sudah beliau kerjakan dan beliau perjuangkan,” tuturnya.

Dalam penutupan dan sebelum doa bersama peresmian kantor ini, Pembina Kyai Wahab Foundation, Nyai Hj Mahfudhoh Wahab menjelaskan, dalam peresmian kantor Kyai Abdul Wahab Chasbullah Foundation ini, juga dilaksanakan khataman Al-Qur’an, Istighotsah, Tahlil, Ratib dan pemotongan tumpeng.

KH Abdul Wahab Chasbullah adalah seorang ulama inisiator dan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni, Nahdlatul Ulama (NU). Kiai Wahab lahir di Jombang pada tanggal 31 Maret 1888 dan wafat pada tanggal 29 Desember 1971.

Seperti dilansir dari kominfo.jatimprov.go.id, masyarakat Jawa Timur khususnya warga Jombang mendapatkan kebahagiaan, setelah Presiden Joko Widodo memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada ulama terkenal KH Abdul Wahab Hasbullah saat pembukaan Muktamar Nahdlatul Ulama 2015 silam, di Jombang.

“Sejak saya jadi presiden, gelar pahlawan nasional akan saya anugerahkan pada Kiai dari Jombang, KH Abdul Wahab Hasbullah,” kata Jokowi saat itu.

Salah satu cucunya, KH Hasib Wahab yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang ini menilai KH Wahab Hasbullah banyak berkontribusi dalam perjuangan, baik sebelum kemerdekaan Republik Indonesia maupun sesudah kemerdekaan.

Kyai Haji Abdul Wahab Hasbullah yang lahir di Jombang pada 31 Maret 1888 merupakan pendiri Nahdatul Ulama bersama KH Hasyim Asyari.

Ayahnya, KH Hasbulloh Said, merupakan pengasuh Pesantren Tambakberas di Jombang, Jawa Timur, sedangkan ibunya bernama Nyai Latifah.

Gelarnya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia baru disematkan pada 7 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo.

Sosok Abdul Wahab Hasbullah juga dikenal sebagai pelopor dalam membuka forum diskusi antar ulama, baik dari lingkungan NU, Muhammadiyah, hingga organisasi lainnya.

Ia mengenyam pendidikan di berbagai pesantren seperti Pesantren Mojisari di Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, hingga Pesantren Tebuireng di Jombang.

Tak berhenti di situ, Abdul Wahab Hasbullah melanjutkan pendidikan hingga ke Makkah untuk berguru pada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dan mendapatkan hasil nilai yang istimewa.

Sepulangnya dari Mekah pada 1914, Abdul Wahab Hasbullah kembali mengasuh pesantrennya di Tambakberas.

Selain mengasuh pesantren, Abdul Wahab Hasbullah juga aktif dalam melakukan pergerakan nasional karena tidak tega melihat kondisi bangsa yang mengalami kemerosotan hidup, baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun kemerdekaan karena penindasan dari para penjajah.

Dalam mengatasi permasalahan bangsa ini, Abdul Wahab Hasbullah mendirikan organisasi pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri) pada 1916.

Untuk memperkuat pergerakan ini, Abdul Wahab Hasbullah juga mendirikan Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Saudagar) yang berfungsi sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam serta kemerdekaan Indonesia pada 1918.

Organisasi ini dipimpin oleh Hasyim Asy’ari, sedangkan Abdul Wahab Hasbullah menjabat sebagai sekretaris sekaligus bendahara.

“Sebelum mendirikan NU bersama KH Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab mendirikan Madrasah yang diberi nama Nahdlatul Wathan, yang berarti Bangkitnya Tanah Air.Pendirian Nahdlatul Wathan ini merupakan bukti dari cita-cita Mbah Wahab untuk membebaskan bangsa dari penjajahan kolonial Belanda,” ujar Hasib Wahab saat memberikan sambutan dalam bedah buku KH Wahab Hasbullah di tengah peneyelenggaraan Muktamar NU 2015 di Jombang.

Senada diungkapkan sejarawan Nahdlatul Ulama Drs Choirul Anam yang menjelaskan bahwa munculnya Nahdlatul Wathan sebagai salah satu bukti perjuangan KH Wahab Chasbullah untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang lebih dahulu muncul Sepuluh tahun sebelum berdirinya Nahdlatul Ulama.

“Nahdlatul Wathon kalau diterjemahkan sekarang adalah sekolah kebangsaan,”ujarnya.

Jadi menurutnya, Wahab Chasbullah sudah jauh berfikir bagaimana membangun nasionalisme bangsa yang dijiwai oleh nilai-nilai Islam karena sejarah Indonesia lebih banyak sejarah Islam hanya karena dijajah oleh bangsa lain yang membuat intelektual masyarakat bingung.

Istikhoroh

Sementara itu Ketua PBNU KH As’ad Ali mengungkapkan KH Wahab adalah sosok penggerak, meski demikian ia tidak mendahului kehendak ulama.

“Waktu itu beliau mengusulkan untuk mendirikan NU, tapi Mbah Hasyim mengatakan mau akan istikhoroh dulu. Kiai Wahab pun manut,” katanya.

As’ad melanjutkan, salah satu peninggalan penting dari KH Wahab adalah mars Yahlal Wathon. Tahun 1916 mars ini wajib dinyanyikan sebelum sekolah di Nahdlatul Wathon.

“Salah satu syair yang paling penting adalah Wala takun ahlal hirman, jangan kalian menjadi bangsa terjajah,” katanya.

Setelah membentuk Nahdlatul Wathan, KH -Abdul Wahab Hasbullah lalu membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1919,hal ini dikarenakan permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia semakin pelik.

Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta terbatas.

Tetapi berkat prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dan topik-topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan menarik perhatian kalangan pemuda.

Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.

Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional sekaligus jembatan bagi komunikasi antara generasi muda dan generasi tua.

Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak, maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori Kyai Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpentingnya kepada kaum muslimin Indonesia.

Kyai Wahab telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental.

Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim.

Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman.

Fatwa Resolusi Jihad

Selain itu KH A Wahab Hasbullah juga aktif berkiprah sebagai penasehat di Masyumi yang beranggotakan dari kalangan NU dan Muhammadiyah.

Sebelumnya ia juga ikut mendirikan MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) bersama K.H. Achmad Dahlan (Muhammadiyah) dan K.H. Mas Mansur (non-partai) karena didorong oleh kesadaran perlu menciptakan suasana hubungan yang baik antara partai dan organisasi-organisasi Islam saat itu.

MIAI didirikan di Surabaya pada tanggal 12 September 1937, namun pada bulan Oktober 1943 dibubarkan Jepang karena dianggap membahayakan kedudukan Jepang.

Sarekat Islam (SI) adalah pergerakan yang beliau dirikan selanjutnya bersama rekan-rekannya ketika masih menuntut ilmu di Mekkah.

Pergerakan ini bukan sekadar mengumpulkan cendekiawan dari kalangan Islam tanah air, juga ingin memajukan kaum Islam yang rendah ekonominya dan rendah pengetahuannya.

Pada masa revolusi kemerdekaan KH Wahab juga turut serta dalam proses keluarnya ‘Fatwa Resolusi Jihad‘.

Ketika fatwa Resolusi Jihad dikeluarkan Rois Akbar PBNU KH Hasyim Asy’ari, dalam pertemua ulama dan konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) di Jalan Bubutan VI/2 Surabaya pada 22 Oktober 1945, Kiai Wahab yang waktu itu menjadi Khatib Am PBNU bertugas mengawal implementasi dan pelaksanaan di lapangan.

Fatwa tersebut akhirnya menjadi pemantik pertempuran heroik 10 November, untuk mengusir Belanda yang ingin kembali menjajah dengan cara membonceng NICA alias Sekutu.

“Jadi, gelar Pahlawan Nasional memang sangat layak diberikan untuk Mbah Wahab,” imbuh Gus Hasib, panggilan akrab KH Hasib Wahab.

Dengan catatan sejarah panjang perjuangan KH Wahab Hasbullah terhadap bangsa ini, berbagai pihak menilai sangat tepat jika pemerintah memberigelar Pahlawan Nasional.

“Jadi, gelar Pahlawan Nasional memang sangat layak diberikan untuk Mbah Wahab,” imbuh Gus Hasib.

Apalagi usulan nama Kiai Wahab yang wafat 29 Desember 1971, sebagai Pahlawan Nasional sebenarnya sudah dilakukan cukup lama.

makam kh wahab scaled

Makam KH. Abdul Wahab Chasbullah (foto : direktoriwisatajombang.home.blog)

Gus Hasib menyebut, usulan pertama pada tahun 1989 atau ketika masa Orde Baru. Karena macet, akhirnya usulan kedua disampaikan tahun 2012 lalu.

“Yang mengusulkan Pemkab Jombang, PBNU Pusat, dan PCNU Jombang, juga para keluarga, kiai, dan ulama semua,” tukasnya.

Dari usulan tersebut, telah dilakukan beberapa kali seminar, uji publik, dan kajian sejarah untuk menguji layak tidaknya Kiai Wahab menjadi Pahlawan Nasional, dilihat dari peran sebelum, ketika maupun sesudah kemerdekaan.

Mereka yang mengulas, antara lain, sejarawan Prof Anhar Gonggong, sejarawan NU Choirul Anam, dan PBNU.

  

Trending Minggu Ini

Kamu mungkin juga suka