BerandaUmumTanpa Air Minum, Terapung...

Tanpa Air Minum, Terapung di Lautan 2 Hari

Terbaru

HABARKALIMANTAN.COM – Jasman, pria paruh baya yang diam di Teluk Tamiyang, penuh dengan cerita kehidupan seiring pelaut yang kerap menghadapi kerasnya lautan.

Selain berprofesi sebagai nelayan, Jasman saat musim ikan lewat, ia juga tetap ‘melaut‘, salah satunya ikut bekerja dalam pengiriman balok kayu.

Tiga kali sudah merasakan, bagaimana sedihnya terapung di lautan, bagaimana sedihnya rekan 1 kapal meninggal.

Terakhir, saat ia ikut mengantarkan balok kayu dengan tujuan Makasar, Sulawesi Selatan, berangkat 6 orang dari Batulicin.

“Musim angin barat, gelombang tinggi, tapi kami merasa yakin saja dapat sampai ke tujuan, tidak ada perasaan buruk, semua optimis,” kenang Jasman.

Dari Batulicin sampai lautan tepatnya Selat Makasar, sepanjang itu pula hujan terus mengiringi, gelombang pun terus menghantam kapal, terkadang terpaan gelombang membasahi mereka yang diatas kapal.

“Seperti biasa, karena tahu bagaimana gelombang dan cuaca saat musim barat, kami tidak ada rasa yang macam macam, perahu terus melaju, tapi yiba tiba, brakkk, gelombang besar menghantam, kapal pecah, langsung teman mengambil radio, mengabarkan lewat radio kepada kapal kapal yang mendengar, belum ada respon, kapal terguling, muatan kayu berhamburan, tidak ada lagi bentuk kapal,,” tutur Jasman.

Panik namun masih kontrol diri, Jasman berhasil meraih serpihan papan kapal, ia lihat sekeliling, ada satu teman yang juga berhasil memeluk papan.

“Saat itu saya lihat ada satu teman juga berhasil meraih papan, empat orang lainnya tidak tetlihat, tapi saya masih mengira, mereka juga berhasil mendapat papan untuk mengapung,” ucap Jasman.

Mengapung dilsutan, tanpa ada mrlihat ujung daratan, tidak membuat nyali Jasman ciut, apalagi sebagai orang Bugis, darah pelaut yang di akui dunia mengalir deras dalam tubuhnya.

“Saya saat itu hanya ingin tetap hidup, dan yakin bisa selamat, tidak terlintas bagaimana kalau ada ikan ganas menyerang, yang bikin saya tersiksa saat itu hanyalah dingin, karena siang malam badan terendam di air,” cetusnya.

Tidak ada air minum, apalagi makanan, untungnya ungkap Jasman, hujan sering turun, sehingga setidaknya ia tisak dehidrasi, selain panas terik matahari tidak menyengat, ia juga bisa minum untuk melepas dahaga.

“Tidak terlalu merasa lapar, saya ingat pesan orangtua, kalau dalam kondisi tidak ada makanan, orangtua mengingatkan untuk nenghisap jempol, alhamdulillah, saya tidak terlalu merasa lapar, hanya dingin yang sangat mendera,” ujar Jasman.

2 hari 2 malam, terombang ambing lautan, akhirnya dirinya melihat daratan, sekuat tenaga menggerakkan kakinya, keberuntungan berpihak, ia dan temannya mampu mencapai daratan.

“Sampai dipantai, tertelungkup, bahagia bisa menggenggam pasir, setelah itu saya tidak tahu lagi, pingsan,” ucapnya.

Ketika bangun, tahu tahu ia kenang Jasman, terbangun di dalam ruangan, dirumah salah satu warga Tanjung Selayar.

“Seharian saya pingsan, saat bangun tahunya sudah dirumah warga, saat diberi makan, saya malah muntah muntah, oleh warga saya di evakuasi ke puskesmas, di beri infus, setelah 3 hari, saya baru bisa bangun,” terang Jasman.

PSX 20200717 232052 1
Laut menjadi penghidupan bagi para nelayan yang resikonya terkadang harus berhadapan dengan ganasnya cuaca

Pengalaman hidup yang begitu keras sampai ia harus kehilangan 4 temannya, dan hampir merengggut nyawanya, tidak membuatnya trauma untuk ‘melaut’.

Tidak juga menyalahkan laut atas kejadian tersebut, laut adaah laut, tempat ia dan keluarganya mencari rezeki.

“Itulah kehidupan, resiko yang harus dijalani, inilah alam, mungkin lewat kejadian tersebut, Allah ingin mendekatkan hambanya kepada pencipta langit dan bumi,” pungkas Jasman seraya menghirup kopi hitamnya.

Trending Minggu Ini

Kamu mungkin juga suka