Banjarbaru – Polemik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru turut disoroti sang Cendkiawan Muslim Banua HM. Syarbani Khaira, Hal itu disampaikannya melalui penggalan video di kanal media sosialnya @syarbani.2014, dengan mengawali memperkenalkan dirinya sebagai seorang Dosen di salah satu Universitas di Kalimantan Selatan dan juga mantan wartawan.
Syarbani Khaira turut memberikan pandangannya terhadap perdebatan yang terjadi di Banua Kalimantan Selatan yaitu Pilkada di Kota Banjarbaru.
Dirinya mengemukakan jika banyak ditanya soal sikap terhadap pilkada di Banjarbaru, dari referensi dan juga kajian yang ia lakukan, menurutnya Banjarbaru tidak ada yang harus diperdebatkan lebih jauh, ia lebih cendrung mengambil sikap tidak usah membuat ini lebih besar.
“Tugas kita ini kan panjang lima tahun lagi, dan tidak terasa lebih baik kita persiapan lagi pileg dan pilkada yang akan datang. Secara norma kepemimpinan hanya lima tahun,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya yang juga merupakan Pendiri Rabithah Melayu Banjar, ditengah perdebatan ini banyak energi yang terbuang, ia menyerukan untuk mengadvokasi masyarakat mengambil kesepakatan untuk menciptakan kepemimpinan yang akan datang menjadi lebih baik, baik Presiden, Gubernur maupun Bupati dan Walikota.
“Mari ambil langkah yang lebih realistis, karena kalau ini berlarut-latur yang rugi kita sendiri pemerintah tidak bisa jalan,” terangnya.
Masih kata Syarbani Khaira, Berkaca pada kejadian politik Tahun 2003, dimana saat itu gubernur kalsel yang hendak digulingkan, namun akan berakhir pada pemerintahan tidak bisa berjalan.
“Saya jadi teringat kejadian 2003 ketika gubernur kalsel Sjachriel Darham mau digulingkan, saya kebetulan berada di Jakarta bertemu teman wartawan dari salah satu media terkemuka dia bukan menanya, Kenapa?, justru Ia bilang, kamu pikir baik-baik ini yang rugi masyarakat, dan akhirnya benar penggulingan terhadap gubernur juga gagal, pemerintahan tidak jalan ini kira-kira yang patut kita renungkan,” pungkasnya.