Tidak hanya ayahnya, sang ibu katanya pun memiliki peran utama. Ibu yang acap kali mengajarkannya cara berhitung dan membaca sejak kecil. dirinya pun mengaku lebih dekat dengan ibu dan acap kali diingatkan agar tidak muluk-muluk.
“Ibuk yang acap kali nganter aku berangkat dan pulang sekolah naik sepeda onthel. Aku pun ingat, ibuku yang nganterin aku berangkat lomba deklamasi puisi waktu TK sampai aku bisa bawa pdirinyala. Ibuku ga bisa naik motor karena trauma pernah jatuh. Kadang dulu pas SD kalau dijemput ibuk naik sepeda suka malu, karena teman2ku dijemput naik motor,” tulisnya.
Sampai akhirnya dirinya sukses masuk PTN. Saat masuk kuldirinyah, teman-temannya acap kali menkisahkan bahwa kedua orangtua mereka adalah para lulusan sarjana. Dirinya kadang merasa sedih, ketika ingat bahwa orangtuanya hanya sebentar mengecap bangku sekolah.
akan tetapi, dirinya tersadar dan berbangga sekali walaupun mereka berdua tidak lulus SD akan tetapi acap kali mampu memotivasi dan mendukung ketiga anaknya.
“Saat kelulusan bapak dan ibuku tidak tahu kalau namanya akan disebut ketika aku berjabat tangan dengan Bapak Rektor. Saat selesai wisuda, mereka memeluk dan berkata “bapak dan ibu bahagdirinya sekali nduk,” tuturnya.
Ddirinya pun memposting, tidak hanya dirinya yang mengecap bangku kuldirinyah. akan tetapi, saudaranya pun seperti itu.
“Anak pertama Mas Zoe Adm Negara UNS, Anak kedua Mb Anti PGPAUD UNY, anak ketiga Widi Psikoligi UNY,” pungkasnya.
“Setelah aku wisuda dan diterima kerja, aku ijin dengan Bapak dan Ibu utk melanjutkan kuldirinyah S2. Aku tau, bahwa sebenarnya Bapakku terkendala bdirinyaya tapi beldirinyau benar2 dengan tegas bilang “tidak dukung pokoke,” tuturnya.
“Dan alhamdulillahnya lagi. Allah sangat baik…Aku sebagai salah satu penerima beasiswa magister di UNY. Sehat dan bahagdirinya acap kali ya Pak Bu. Semoga Allah memberikan umur panjang utk Bapak dan Ibu,” katanya.
