Dampak Pandemi Covid-19 di Pasar Tradisional Kota Banjarbaru berimbas pada harga kebutuhan bahan pokok yang tak menentu.Selain harga yang turun-naik Pedagang juga diresahkan dengan kondisi pasar yang sepi sehingga pendapatan mereka menurun.
Fitriadi salah seorang Pedagang yang ditemui Selasa(14/07/2020) menuturkan, sejak Pandemi Covid-19,terkadang harga Sembako hanya bertahan selama sepekan dan selanjutnya kembali mengalami kenaikan. Seperti halnya Ayam Potong yang dari harga sebelum Pandemi hanya Rp20.000 kini sudah mencapai Rp28.000/kg.
“Sama halnya dengan Telur Ayam yang kini sudah seharga Rp26.000, dulunya hanya Rp20.000/ kg. Beras juga ada yang mengalami kenaikan hingga Rp 2.000 tergantung dari jenisnya,” tutur Fitriadi.
Hal senada juga dikatakan sesama pedagang lainnya, Juhdi(Pedagang Ayam) menurutnya, selain harga yang tidak menentu, kondisi pasar yang sepi juga berimbas pada pendapatan mereka.
“Biasanya satu orang pedagang dapat menjual hingga 150 ekor/hari, kini rata-rata hanya dikisaran 70 ekor. Pendapatan kami (Pedagang) menurun hingga 50%,” keluhnya.
Seorang Pedagang Sayur Mayur, Akhmad juga mengatakan” Meski untuk komoditi Sayuran harganya relatif tidak berubah sejak Pandemi, namun kondisi pasar yang sepi tentunya berpengaruh pada penghasilan pedagang,”.
Sementara, Kepala Dinas Perdagangan Kota Banjarbaru, Abdul Basid, tak menampik akan kondisi harga Sembako yang tidak menentu tersebut. Menurutnya, kondisi pasar yang sepi disertai kenaikan harga sejumlah komoditi imbas dari Pandemi Covid-19.
“Faktor yang mempengaruhi tidak stabilnya harga Sembako karena beberapa komoditi yang didatangkan dari luar terhambat dalam kondisi pembatasan akibat Pandemi, dan itu pun juga berimbas pada sepinya pembeli di pasar. Semoga jelang New Normal dan kedepannya nanti aktivitas dapat berjalan seperti sebelumnya namun tetap memperhatikan Protokol Kesehatan,”harapnya.