Kampung Lukah, nama itu sudah melekat pada masyarakat sekitar Martapura untuk menyebut Desa Pematang Baru , Kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar.
Sarfani, staff pelayanan Desa Pematang Baru menyatakan, mayoritas masyarakat di Desa Pematang baru memiliki mata pencarian sebagai pencari ikan dan Petani.
Selain itu, masyarakat setempat tambah Sarfani, khususnya di wilayah RT 002 rw 001 lingkungan 1, warga setempat banyak yang terampil membuat Lukah dan menjadikannya sebagai mata pencaharian
“Lukah adalah alat tangkap tradisional yang umum dikenal oleh kalangan para pencari ikan, meskipun bukan teknologi terkini dan kurang peminat, tapi masih eksis di jaman modern ini,” jar Sarfani.
Menurutnya, saat ini lukah dari bambu tersebut, biasanya ramai dicari ketika bulan Agustus – September atau ketika air di persawahan sedang dalam.
Lukah ungkap Masmurah, pengrajin lukah, terbuat dari bambu dan rotan, bentuk lukah ini sendiri di beberapa wilayah yang ada di Kalimantan selatan sangat beragam.
“Di pematang ini lukahnya bermacam-macam bahan, tapi yang pasti dari bambu, tapi bambunya jenisnya berbeda dengan bambu pada umumnya, diameter bambunya lebih kecil dan tebal dari pada bambu yang ada di Pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya,” ungkap Masmurah
Dalam sehari Masmurah mampu membuat 10 buah Lukah, dan untuk sepuluh buah lukah atau kerap juga disebut bubu tersebut, dirinya mengeluarkan modal Rp 15.000 untuk membeli satu buah bambu sendiri.
, ia belah menjadi ukuran kecil-kecil dan panjang yang kemudian ia anyam dengan hanya menggunakan satu alat pemukul kecil, dan pisau.
“Satu bambu saya beli 15 Ribu, untuk satu buah Lukah saya jual dengan harga 11 ribu, dengan ukuran 1 depa sama dengan 1 meter persegi, ini paling besar,” kata Masmurah saat membuat lukah tepat di dalam rumah miliknya, senin (19/09).
Ibu tiga orang anak ini mengaku, menjual hasil lukahnya ke beberapa wilayah hingga ke luar daerah juga.
“Banyak yang beli lukah ku ini, kadang ada dari Tanjung ada jua, Gambut, Banjarmasin,” ujarnya.
Di Pematang Baru sendiri, ada sekitar kurang lebih 100 warga yang menggeluti pembuatan alat tangkap ikan tradisional tersebut.
Hal itu terlihat saat melewati jalanan daerah setempat, hasil kerajinan lukah diletakkan di depan rumah warga setempat.