KOTABARU – Sawah tadah hujan saat ini menjadi lumbung kedua setelah sawah irigasi dalam memproduksi pangan khususnya padi.
Sawah tadah hujan merupakan jenis sawah yang sistem pengairannya sangat bergantung pada hujan dan tanpa bangunan irigasi permanen.
Wakil Ketua DPRD Kotabaru, Muhammad Arif mengakui, lahan sawah pertanian di Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, masih mengandalkan tadah hujan untuk pengairan.
“Belum adanya sistem pengairan khusus untuk sawah-sawah petani tidak dapat maksimal melakukan tanam setahun tiga kali,” katanya.
Ia juga mengatakan, terkait persawahan yang ada di Pulau Laut Timur soal itu Pemerintah Daerah sudah punyak inovasi. Mengusulkan agar tanah-tanah pertanian di Kecamatan Pulau Laut Timur agar dilakukan penelitian.
“Sudah ada hasilnya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda=red), hanya sampai sekarang belum diimplementasikan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP=red), disana itu lahan tingkat keasamannya cukup tinggi dan ada pasang surutnya,” ucap Arif.
Mengingat kondisi itu, maka perlu ada varietas yang cocok untuk tingkat keasaman dan pasang surut.
“Sudah hasil penelitian untuk itu, tapi belum dilaksanakan,” ucapnya.
Arif juga menambahkan, terkait hal itu sudah dianggarkan bahkan dua tahun berturut-turut. Akan tetapi demplot belum pernah dikerjakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
“Seandainya ada kita kan selalu memberikan bantuan bibut, varietas ini, varietas ini. Menyesuaikan kondisi tanah. Tingkat keasaman atau pasang surut,” pungkasnya.
Penulis M.Nasaruddin
Editor AS Pemil