Balangan – Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap orang, bukan hanya untuk media orang untuk hanya sekedar mendapatkan gelar sehingga mudah terjun ke dunia kerja, tapi sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan terhindar dari kebodohan.
Pendidikan sendiri salah satunya berfungsi sebagai sarana membentuk moral Pelajar agar mereka tidak hanya mengantongi ilmu yang diberikan di sekolah, namun juga memiliki kepribadian yang baik, sebagaimana ia adalah seorang terdidik.
Seyogianya, Pendidikan akan membuat para pelakunya dalam hal ini guru dan murid ketika menjalankan prosesnya saling memahami, baik guru saat mengajar maupun murid saat belajar. Namun pada kenyataannya masih sering ditemui murid tidak dalam menangkap dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru mereka.
Karena, murid terlalu disibukkan dengan menjadi followers bagi guru dalam proses belajar mengajar, tentunya hal ini tak jarang mendapat sorotan dari berbagai pihak.
Hal itu pula lah yang membuat Ainida Rasti Mahasiswi Psikologi semester 2 Universitas Muhammadiyah Malang, untuk mengangkat isu tersebut, dengan tema Kebebasan Pendidikan bagi Kaum Tertindas, sebagai tugas yang berikan oleh Dosenya.
Esai yang dikerjakan tersebut, mengutip dari buku dengan judul senada, yaitu “Pendidikan Kaum Tertindas” karya Paulo Freire seorang tokoh Pendidikan asal Brazil yang pertama diterbitkan pada tahun 1970.
Paulo Freire menyampaikan melalui tulisannya tersebut, bahwa ada salah satu poin yang sangat mempengaruhi Pendidikan sehingga tidak dapat optimal, yaitu Pendidikan “gaya bank”.
Jika di artikan, guru hanya memberikan ilmu pengetahuan atau hanya sekedar menggurui kepada murid hal tersebut tentunya membuat mereka menjadi. Di Indonesia sendiri sendiri masih sering ditemui hal serupa.
Model tersebut dijalankan dengan secara tidak sadar, Sehingga pendidikan yang diberikan berakhir pada kondisi pengulangan, yang mana manusia yang mengalami ketertindasan ketika sudah memperoleh pendidikan akan setara dengan penindas, maka manusia itu akan disebut manusia baru.
Untuk mengatasinya sendiri, maka ia menawarkan hadap-masalah (problem sofing) agar bisa membebaskan Pelajar dari Pendidikan “gaya bank”. Pendidikan hadap masalah akan mengantarkan kaum tertindas menyadari posisi mereka sebagai realitas sosial yang merupakan bagian dari diri mereka.
Karena pada dasarnya pembebasan kaum tertindas dari ketertindasannya hanya akan berhasil karena usaha mereka sendiri untuk menjadi bebas. Sehingga kaum tertindas memegang peran penting disini.
Ainida Rasti menuturkan, sejatinya kebebasan berpendapat dan belajar harus dimiliki setiap orang apalagi mereka Pelajar, sehingga mudah bagi mereka kelak setelah usai menerima pembelajaran.
Sedangkan kenapa ia memilih untuk menyoroti bidang Pendidikan, tentunya karena Pendidikan pulalah yang nantinya akan menentukan kualitas manusia di masa depan baik secara moral dan wawasannya.
“Bidang pendidikan tentunya sangat menarik untuk di soroti,” tuturnya.