Beberapa waktu lalu sempat viral dan mendapat peninjauan langsung dari Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) hingga dinilai tidak sesuai atau buruk terkait konstruksi proyek revitalisasi kawasan sekumpul tahap I yang digadang-gadang bernilai puluhan miliar rupiah.
Terbaru ini, Anang Rosadi kembali mengaku temukan fakta terbaru tentang persoalan konstruksi revitalisasi kawasan sekumpul yang dinilai buruk dan tidak sesuai tersebut.
Kepada sejumlah awak media Anang Rosadi mengaku jika pihaknya sempat mengajukan permohonan agar ditunjukan Rencana Anggaran Biaya (RAB) terkait proyek revitalisasi kawasan sekumpul tahap I itu, kepada Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Kita sudah mengirimkan permohonan kepada pihak kementrian agar ditunjukan RAB Proyek Revitalisasi Kawasan Sekumpul tahap I, namun pihak kementrian justru berdalih jika RAB itu merupakan rahasia negara selama 30 tahun kedepan, ini menunjukan tidak adanya transparansi padahal uang yang digunakan ini bersumber dari uang rakyat, sehingga pemerintah dituntut keterbukaannya. Jika seperti ini malah diduga ada indikasi,” tegas Anang Rosadi kepada sejumlah awak media pada Rabu (20/07/2022) sore.
Permintaan itu dikatakan Anang bukan tanpa sebab, pasalnya pihaknya saat ini tengah menemukan fakta baru terkait material yang diduga tidak sesuai dengan pelaksanaan proyek revitalisasi kawasan sekumpul.
“Dalam sebulan ini kita telah melakukan pengamatan dan tes terhadap material yang diklaim merupakan batu alam itu, sehingga katanya pemasangannya hanya diletakan tanpa perlu disemen, faktanya tidak demikian, setelah kita lakukan tes di sucofindo kandungan material tersebut banyak mengandung unsur semen, sehingga terindikasi bukan merupakan batu alam sungguhan yang katanya jika batu alam harganya Rp. 400 ribu per biji,” bebernya.
Mantan Anggota DPR ini juga mengaku jika dirinya akan membawa permasalahan ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga terungkap dalang dibalik semua ini.
“Kita mempersilahkan saja jika kawasan sekumpul akan dipercantik, justru kita sebagai masyarakat merasa senang tapi dengan catatan proyek itu harus berjalan sebagaimana mestinya dan sebagaimana harusnya. Jangan justru menjadikan tempat seperti kawasan wisata religi seperti itu sebagai tameng untuk meraih keuntungan pribadi,” pungkasnya.