SAMARINDA. Ketahanan Pangan di Kaltim kini disebut terancam, bagaimana tidak berdasarkan data sensus dari Dinas Pangana Tanaman Pangan dan Hortilkultura (DPTLH) Kaltim, kondisi pertanian Benua Etam terus alami penurunan.
Adapun sebabnya ialah alih fungsi lahan yang kini menjadi ancaman serius. Namun ketika dikonfirmasi, Kepala DPTPH Kaltim, Siti Farisyah Yana belum merinci berapa jumlah petani yang telah disensus tersebut.
“Petani kita dalam sepuluh tahun terakhir berdasarkan sensus pertanian memang terus menurun, hampir 50 persen,” ucapnya pada awak media.
Adapun faktornya ialah ancaman perubahan iklim, faktor non-alam juga masih terus jadi faktor seperti luasan lahan yang menyempit. Dimana petani di Kaltim juga banyak diisi sektor perkebunan.
Yana pun menyebut, sedang merumuskan solusi terkait hal ini. Sebab jika tidak diatasi segera bisa berdampak pada ketahanan pangan di Kaltim.
Menurutnya sektor pertanian masih jadi salah satu mesin penggerak ekonomi, kemudian sektor ini pula termasuk penyerap tenaga terbanyak.
“Persoalan ini akan kita rumuskan benar-benar nanti, supaya ada solusi konkret agar menurunnya jumlah petani ini bisa ditekan,” tegasnya.
Sebelumnya, Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik menyoroti persoalan ketahanan pangan di Benua Etam. Menurutnya, persoalan utama Kaltim saat ini adalah pangan, dan tidak pernah ada keinginan untuk mandiri dari sisi pangan.
“Lihat saja program-programnya, tidak pernah mendorong untuk ketahanan pangan. Yang ada hanyalah berdagang dan menerima dari daerah lain untuk kebutuhan pokok kita,” katanya, beberapa waktu lalu.
Dirinya sangat ingin, agar Kaltim bisa mandiri, tetapi menjadi persoalan ketika pola pikir untuk menghadirkan ketahanan pangan tidak ada.
“Memang persoalan di Kaltim ini adalah mindset. Kita terlena dengan anugerah sumber daya alam yang melimpah, tambang,” pungkasnya.