HABAR KALIMANTAN – Keindahan bawah laut Tanjung Kunyit, Kecamatan Tanjung Selayar Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, menjadi salah satu surganya para penyelam dan snorkling di Kalsel pada khususnya.
Sudah ribuan wisatawan dan para penyelam datang dan melihat keindahan terumbu karang di Tanjung Kunyit tersebut.
Hadi, salah satu wisatawan yang datang dari Kota Banjarbaru mengungkapkan, terumbu karang yang ada di Tanjung Kunyit ini sangat indah.
“Pemandangan didarat dan di dalam air sangat luar biasa, kalau di kelola dengan baik, bisa menjadi tempat wisata yang tak kalah bagusnya dengan pantai Nusa 2 Bali atau obyek wisata Derawan,” terangnya.
Perjalanan menuju wisata terumbu karang Tanjung Kunyit dari Bandara Syamsudin Noor, Kota Banjarbaru kurang lebih 10 jam perjalanan darat menuju Desa Teluk Tamiang, dan satu jam mengarungi selat menggunakan kapal motor untuk sampai ke pulau Tanjung Kunyit dari Teluk Tamiang.
Menurut Hadi, perjalan darat yang lumayan berat medannya, saat dari Dermaga Tanjung Serdang Kotabaru menuju Desa Teluk Tamiang, karena jalan masih dalam tahap perbaikan dan pengerasan jalan.
“Sesekali mengisi kejenuhan selama bekerja, saya jamin tidak akan ada penyesalan dan kita tak perlu lagi keluar daerah, selain itu biaya ini tergolong murah, namun saran saya ketika pergi kewisata tersebut jangan lupa juga bawa joran, karena disekitar Tanjung Kunyit juga banyak spot mancing, ikannya gede gede (besar-red),” sarannya.
Namun tambah Hadi, Pemerintah Kabupaten Kotabaru tersebut harus tegas dalam melindungi pantai dan terumbu karang diwilayahnya kalau memang berniat tempat tersebut dijadikan sebagai obyek wisata.
“Jika tempat ini sungguh-sungguh mau dijadikan obyek wisata, harus tegas dan konsisten melakukan pengelolaan dan perlindungan, pasalnya kapal tongkang yang bermuatan batu bara, sedikit banyaknya bakal mempengaruhi habitat trumbu karang apalagi musim angin barat,” cetusnya.
Sementara itu, Hasbullah salah satu putra daerah Tanjung Kunyit menyatakan, pihaknya selalu berusaha untuk menjaga lokasi wisata tersebut.
“Kami juga sudah membangun Karang Taruna dan juga kami memberlakukan sistem kerja bakti satu minggu sekali membersihkan sampah, namun yang tidak bisa kami bendung yaitu, kapal kapal muatan batu bara, apalagi kalau musim angin kencang, biasanya batubara di tongkang berguguran dan mengahancurkan terumbu karang, serta pantai akan jadi kotor dengan tumpahan batu bara tersebut,” terangnya Hasbullah.
Ia berharap agar pemerintah selalu memperhatikan hal tersebut, jangan sampai persoalan tersebut tidak menjadi fokus perhatian pemerintah setempat.
“Jangan sampai terjadi, kami sudah capek-capek (lelah-red) membangun dan juga mengangkat perekonomian warga sekitar, akhirnya pengunjung lari semua karena semuanya rusak, ini menurut saya yang harus benar benar dibicarakan serta bagaimana kedepannya kita sama sama memberikan manfaat yang baik bagi pengunjung, warga, dan pemerintah setempat,” tutupnya