22 April disematkan sebagai satu dari tanggal di kalender event yang kebanyakan kerap dikenal sebagai peringatan hari bumi sedunia. Padahal, diwaktu yang sama, 22 April juga menjadi momen peringatan lain, benar, Hari Demam Berdarah Nasional.
Di tahun 2021 yang masih ‘diselimuti’ polemik wabah covid-19, tentunya ada bahaya penyakit lain mengintai di dalam rumah tangga dan lingkungan hidup kita sehari-hari jika kita menerapkan pola hidup bersih, yakni penyakit Demam berdarah.
DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue.
Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular. Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk dapat menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang.
Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus akan tersebar.
Hal tersebut terjadi karena nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue.
Kenali Gejala
Gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama 10 hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu:
Demam tinggi mencapai 40 derajat Celcius;
Nyeri kepala berat;
Nyeri pada sendi, otot, dan tulang;
Nyeri pada bagian belakang mata;
Nafsu makan menurun;
Mual dan muntah;
Pembengkakan kelenjar getah bening;
Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam;
Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening; dan
Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.
Cegah Dengan Cara
Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah demam berdarah, yaitu:
Anak usia 9-16 tahun seharusnya di vaksin dengue, sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan;
Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging dengan jarak 1 minggu;
Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap minggu;
Menutup rapat tempat penampungan air;
Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti;
Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah;
Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah;
Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras;
Menggunakan kelambu saat tidur;
Menanam tumbuhan pengusir nyamuk;
Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian;
Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi;
Mengenakan pakaian yang longgar;
Menggunakan krim anti-nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET), tetapi jangan gunakan DEET pada anak di bawah 2 tahun.
Dengan demikian, tips pencegahan DBD sebaiknya dipindahkan agar anak, sanak saudara dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal kita dapat terjaga selain dari bahaya covid-19.
Lantas, bagaimana kondisi Kota Banjarbaru yang dulu sempat menjadi daerah yang rentan DBD? Apakah saat ini masih ada banyak pasien-pasien DBD yang terbaring di atas kasur Rumah Sakit?
Pasien DBD Di Angka 0
Menurut Kepala Bagian Tata Usaha Rumah Sakit Daerah Idaman (RSDI) Kota Banjarbaru, Muhammad Firmansyah saat ditanya wartawan, pasien DBD saat ini tidak ada satupun yang tengah di rawat. Faktanya Ia mengaku, semenjak terjadinya penyebaran pandemi covid-19 di Kota Banjarbaru, pasien DBD relatif jauh berkurang.
Secara data Firman merincikan, pada Januari 2021, hanya ada 1 pasien dengan status DF (Dengue Fever). Sedangkan status DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) tidak ada. Lalu di bulan berikutnya, Februari, pasien dengan status DHF muncul sebanyak 2 orang.
“Sekarang sudah tidak ada lagi pasien DBD yang dirawat disini,” ungkapnya ketika dihubungi melalui pesan tertulis, Kamis (22/4).
Ia menghimbau, yang paling penting jika curiga ada gejala demam berdarah secepatnya perbanyak minum. Karena terapi utama pada DBD adalah cairan.
“Perhatikan kecukupan cairan dari pasien dengan cara melihat air mata dan kencing juga kondisi kulit kering atau lembab,” tukasnya
“Pastikan anak minum banyak, jika sulit minum atau kesakitan perut sebaiknya segera ke dokter. obat penurun panas tentu harus selalu siap,” pungkas Firman.