Lionel Messi dan dunia persepakbolaan adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sepak terjang pemain yang berjulukan La Pulga ini telah mengoleksi 37 trofi klub, tujuh penghargaan Ballon D’Or dan enam Sepatu Emas Eropa.
Selama 18 tahun berkarier, Messi telah meraih gelar Copa America, medali emas Olimpiade, dan daftar skor dan rekor statistik yang mungkin tidak akan pernah terkalahkan.
Pada Minggu (18/12), kapten Argentina berusia 35 tahun itu berkesempatan mengisi kekosongan yang tersisa di resumenya: medali Piala Dunia.
Pencapaian karier Messi hingga saat ini, membuatnya pantas disejajarkan dengan pemain-pemain legendaris seperti Pele, Diego Maradona, Alfredo Di Stefano, dan Johan Cruyff.
Mantan kapten Inggris Alan Shearer mengatakan dia telah lama menganggap rekan senegara Messi, yaitu Maradona, sebagai pemain terhebat sepanjang masa berdasarkan kemenangannya di Piala Dunia 1986 di Meksiko lewat gol ‘Tangan Tuhan.’
“Jika Messi memenangkannya di (Piala Dunia) ini, pandangan saya akan berubah,” kata Shearer kepada BBC.
Pandangan lain datang dari mantan striker Argentina Jorge Burruchaga, pencetak gol kemenangan — yang diciptakan oleh Maradona — dalam kemenangan final Piala Dunia 1986 atas Jerman Barat.
Bagi Burruchaga, Messi telah menjadi pemain terhebat di era di mana hanya Ronaldo yang bisa menyaingi pencapaiannya.
“Menang atau kalah, Messi tidak lebih atau kurang dari Maradona,” kata Burruchaga kepada AFP. “Messi akan masuk dalam sejarah apapun yang terjadi,” tukasnya.
Performa Messi di turnamen Piala Dunia kelimanya di Qatar bisa dibilang merupakan permainannya yang terbaik, berkembang sebagai titik tumpu serangan dari susunan pemain Argentina yang seimbang oleh pelatih Argentina Lionel Scaloni.
Dalam penampilan di laga-laga Piala Dunia sebelumnya, Messi tampak terbebani oleh sejarah, berjuang untuk memikul harapan dan impian jutaan orang Argentina yang sangat membutuhkan kejayaan internasional.
Selama sebagian besar dekade terakhir, sepertinya dia ditakdirkan untuk gagal memboyong trofi Piala Dunia bersama Argentina.
Kekalahan di babak perpanjangan waktu yang menghancurkan jiwa saat melawan Jerman di Piala Dunia 2014 menjadi awal tiga kekalahan besar Argentina berturut-turut di final.
Pada 2015, tim Argentina yang bertabur bintang itu kalah di final Copa America dari Chile dalam drama adu penalti. Setahun kemudian, tim berjuluk Albiceleste dikalahkan lagi oleh Chile di final Copa America Centenario karena Messi gagal mengeksekusi penalti.
Segera setelah kekalahan itu, Messi yang terpukul mengumumkan pengunduran dirinya dari sepak bola internasional. Namun, pengunduran dirinya hanya berlangsung singkat.
Dia kembali beberapa bulan kemudian dan kembali memimpin Argentina di Piala Dunia 2018 di Rusia. Namun langkah Argentina terhenti di babak 16 besar saat kalah dengan skor 4-3 dari Prancis, yang kemudian menjuarai turnamen itu.
Messi sejauh ini telah menyumbangkan lima gol untuk Argentina dalam Piala Dunia 2022.
Ia menguasai kecakapan untuk menghasilkan momen-momen ajaib yang menghancurkan pada saat-saat krusial – terakhir saat berhasil memberi umpan untuk gol ketiga Argentina saat duel melawan Kroasia pada Rabu (14/12).
“Saya tidak tahu apakah ini Piala Dunia terbaik saya atau tidak,” kata Messi setelah kemenangan atas Kroasia.
“Saya sangat senang untuk menyelesaikan perjalanan saya di Piala Dunia di final, untuk memainkan pertandingan terakhir di final …. Untuk menyelesaikan dengan cara ini adalah brilian,” tukasnya. [ah/ft/VOA]