Tanpa dukungan dari pihak Kampus, Sanggar Bahana Antasari (SBA) Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin borong piala pentas Festival Teater si Palui ke 7 (Komedi) Regional Kalimantan Selatan.
Dalam ajang ikut serta Festival Teater si Palui ke 7 yang diselenggarakan oleh Sanggar Titian Barantai (STB) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin, Sanggar Bahana Antasari salah satu peserta yang selalu andil di setiap kegiatan kesenian, khususnya di bidang seni teater.
Tidak kurang dari 3 bulan lamanya proses latihan persiapan pementasan pertunjukan untuk bisa tampil dan terlibat dalam kegiatan perlombaan teater palui, yang mengangkat nilai-nilai tradisi dan budaya urang banua Banjar dengan tema Pariwisata.
Namun sangat disayangkan, selama proses latihan, Sanggar Bahana Antasari tidak diberikan dukungan bahkan fasilitas dari Kampus UIN antasari Banjarmasin, sehingga terpaksa mereka menjalankan kegiatan latihan setiap harinya di area Gedung Olahraga (GOR) Hasanuddin Banjarmasin.
Hal itu diungkapkan oleh Muhammad Ramadhani Al-banjari selaku Sutradara dan Penulis Naskah Teater Palui yang berjudul “Nyaman Dipandang Kalat di Muntung” yang pada puncak pengumuman pemenang pentas teater Palui ke 7 berhasil membawa nama harum Sanggar Bahana Antasari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dari Kampus UIN Antasari Banjarmasin.
Kepada pewarta ini ia yang akrab disapa Abe menyampaikan, bahwa sejak pertama mereka memulai latihan hingga pementasan berlangsung, Sanggar Bahana Antasari tidak pernah mendapat dukungan dari pihak kampusnya sendiri, walau sebelumnya mereka sudah mengemis meminta kepada pihak kampus untuk difasilitasi selama proses latihan.
“Bahkan saat kita mau gladi saya meminta kepada adik-adik pengurus saya untuk kembali menghadap rektor agar bisa geladi di kampus satu hari, namun jawaban yang didapat mereka sangat kalat (istilah bahasa banjar tidak mengenakkan),” ujarnya.
Menurutnya, jawaban dari pihak kampus UIN Antasari Banjarmasin tidak memperbolehkan kegiatan mahasiswa pada waktu malam, padahal pihaknya hanya meminta waktu dari jam 20.00 Wita sampai 22.00 Wita untuk geladi, namun hal itu ditolak.
“Dari pengurus menyampaikan kepada saya bahwa Kata Rektor Selama ia menjadi rektor, tidak ada kegiatan mahasiswa di jam malam,” terang Abe yang juga merupakan Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IAIN Antasri Banjarmasin 2005-2007.
Menyikapi jawaban tersebut, serta waktu latihan yang juga mepet, mereka pun meminta bantuan kepada salah satu Pekerja Seni kampus Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin meminjam halaman untuk melaksanakan gladi bersih.
“Memalukan iya, tapi mau tidak mau kita meminta bantuan kepada kawan kawan di kampus lain, dan kami sangat berterimakasih,” lanjutnya.
Atas hal itu Abe sangat menyesalkan sikap Kampus UIN Antasari Banjarmasin khususnya rektor yang tidak memberikan dukungan, ruang dan fasilitas dalam proses pengkaryaan kesenian mahasiswa.
“Apakah tidak ada kebijakan yang adil dari kampus, agar bagaimana mahasiswa tetap bisa produktif positif dalam kegiatan pada malam hari, kalau begini saya sesalkan itu,” ucapnya.
Walaupun tidak ada dukungan dari pihak kampusnya sendiri, Sanggar Bahana Antasari berhasil memboyong 9 piala, diantaranya, penyaji terbaik 1, penata musik terbaik, penata rias dan busana terbaik, penata cahaya terbaik, aktor utama terbaik, penulis naskah terbaik, sutradara terbaik, penata artistik terbaik dan penyaji teristimewa.
Selain itu Edi Sutardi Akademisi dan Pelaku Teater yang juga bertindak sebagai juri pada Festival Teater si Palui ke 7 kali ini menanggapi, pentas teater palui yang dibawakan oleh Sanggar Bahana Antasari sangat energik, bahkan ia tidak menyangka akan sebaik itu.
“saya suka dengan karyanya, juga tentang nilai pariwisata, budayanya dan juga tradisi daerahnya, itu keren dan pemain yang lainnya juga keren mereka seperti mempunyai embrio dan itu luar biasa,” katanya yang akrab disapa Kang Edi Merupakan Dosen Kesenian di STKIP PGRI Banjarmasin.
Menanggapi tidak ada adanya dukungan dari kampus selama latihan, Kang Edi sangat menyayangkan pihak, menurutnya kampus adalah ruang eksplorasi dan tempat ekspresi mahasiswa, selain prodi atau jurusan yang diambil oleh masing masing mahasiswanya.
“Seni bukan untuk mencari keuntungan, namun seni adalah ruang pengalaman, walau hanya satu atau dua jam setelah selesai mereka akan kembali pada kehidupannya sendiri,” tuturnya.
Komunitas seni bukan hanya menjadi tempat untuk melahirkan kesenian, namun itu menjadi tempat suplemen, ekspresi dalam perjalanan selama mereka ada di ruang dan waktu tersebut.
“Jadi, Mahasiswa jangan dicurigai, namun diberi kepercayaan untuk bisa mengekspresikan kreativitasnya, yang mana akan membawa prestasi dan mengharumkan nama kampus itu sendiri,” pungkasnya.
Dalam catatan prestasi Sanggar Bahana Antasari telah banyak meraih penghargaan baik event Lokal maupun Nasional, seperti pentas teater palui yang sudah beberapa kali meraih penghargaan, STIGMA 5 Malang 2018 dengan memborong 5 piala, Festemo yang diselenggarakan oleh Kampung Seni Budaya ULM meraih juara 2 pada 2018 dan juara 1 pada 2017, Japen Cerita Juara Favorit 2017, Festival Tari 2022 meraih juara 3, juara 2 Festival Musik 2022 serta selalu ikut serta dalam kegiatan kesenian, seperti Temu Teater Mahasiswa Nusantara, Festival Teater Mahasiswa Nasional, Pekan Seni Mahasiswa Nasional dan lainnya.