Martapura – Kombes Pol Sabana Atmojo, S.I.K., M.H., mantan Kapolresta Banjarmasin, kembali menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat Kalimantan Selatan. Kali ini, di hari ke 2 puasa Ramadhan, melalui inisiatif yang disampaikan lewat media Habarkalimantan.com, Sabana memberikan bantuan sembako kepada para penjaga makam Datu Kalampayan, yang juga dikenal sebagai Datu Ambulung, di Desa Dalam Pagar, Martapura.
Meski tidak hadir secara langsung dalam kegiatan ini, Sabana Atmojo menekankan bahwa aksi ini merupakan bentuk kepeduliannya terhadap para penjaga situs bersejarah, serta upaya menjaga warisan sejarah dan agama di Kalimantan Selatan.
“Inisiasi ini adalah bentuk perhatian dan penghormatan saya terhadap penjaga makam yang telah setia merawat situs bersejarah ini. Mereka memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian nilai-nilai sejarah dan keagamaan di daerah kita,” ujar Sabana melalui pesan Whatsapp, Minggu ( 02/03/25 ).

Bantuan sembako yang diberikan kepada penjaga makam Datu Kalampayan mendapat sambutan positif dari para penerima. Mereka merasa sangat terbantu dan mengucapkan terima kasih atas kepedulian Sabana, meskipun beliau tidak bisa hadir secara langsung.
Sabana Atmojo, yang dikenal dermawan, kerap terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Kepeduliannya terhadap masyarakat serta penghormatan terhadap sejarah dan kebudayaan setempat membuatnya tetap dihormati dan dikagumi oleh banyak pihak, bahkan setelah tidak lagi menjabat sebagai Kapolresta Banjarmasin.
Sejarah Singkat Datu Ambulung atau Syekh Abdul Hamid Abulung Al-Banjari
Datu Ambulung, yang juga dikenal dengan nama lengkap Syekh Abdul Hamid Abulung Al-Banjari, merupakan salah satu ulama besar dari Kalimantan Selatan. Beliau hidup pada masa Kesultanan Banjar dan dikenal sebagai tokoh agama yang memiliki pemahaman mendalam tentang ilmu tasawuf.
Syekh Abdul Hamid Abulung menjadi sosok yang sangat berpengaruh di masyarakat Banjar karena ajarannya yang menekankan pada spiritualitas dan penghayatan agama secara mendalam. Namun, pada masanya, ajaran beliau sempat menimbulkan perdebatan di kalangan ulama lokal dan penguasa. Akibat perbedaan pandangan keagamaan, beliau difitnah dan akhirnya dihukum mati oleh pihak Kesultanan Banjar.
Meskipun begitu, setelah wafatnya, Syekh Abdul Hamid Abulung justru dihormati dan dikenang sebagai wali Allah oleh masyarakat. Makam beliau di Desa Dalam Pagar, Martapura, dikenal sebagai salah satu tempat ziarah yang sering dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah, yang datang untuk mendoakan dan memohon berkah.
Pengabdian beliau dalam menyebarkan ajaran Islam dan kontribusinya terhadap masyarakat Banjar menjadikan Syekh Abdul Hamid Abulung sebagai sosok ulama yang terus dihormati hingga kini. Tradisi ziarah ke makam Datu Ambulung tetap lestari sebagai bagian dari penghormatan kepada tokoh agama besar ini, sekaligus sebagai bentuk pelestarian nilai-nilai keagamaan di Kalimantan Selatan.