Banjar — Dalam rangka mendukung program Swasembada Pangan 2025, Polda Kalimantan Selatan kembali melakukan inovasi penting dalam pengelolaan lahan pertanian. Salah satunya melalui teknik penormalan pH tanah dan air di lahan rawa bergambut yang memiliki kadar asam tinggi.
Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Risyanto Yudha Hermawan menjelaskan pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah melakukan penelitian terhadap jenis batuan Korea tertentu yang memiliki potensi untuk menetralkan tingkat keasaman tanah.
“Batuan Korea yang kami temukan dan sudah kami laporkan, telah diteliti di Laboratorium Fakultas Pertanian ULM. Dari hasil penelitian, unsur-unsur di dalam batuan tersebut bisa kami uraikan dan dimodifikasi menjadi biomasa teraktivasi,” jelasnya.
Menurutnya, biomasa teraktivasi ini berfungsi untuk mempercepat kenaikan pH tanah yang awalnya bersifat masam akibat kadar pirit yang tinggi. Penggunaan metode ini juga dinilai lebih efisien dibandingkan dengan treatment konvensional menggunakan dolomit atau pupuk kandang ayam.
“Kita harapkan proses ini mempercepat penetralan pH tanah menjadi ideal untuk budidaya jagung, sekaligus menjadi solusi murah dan ramah lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Selatan Muhidin menambahkan penjelasan terkait cara kerja sederhana dari penggunaan batuan tersebut di lapangan.
“Jadi, unsur biomassa terantivasi itu bisa kita bawa ke sungai dan diseret atau diletakkan di aliran air. Nanti pH air yang awalnya di bawah 5 akan naik secara bertahap hingga mencapai tingkat yang di inginkan,” ujarnya.
Gubernur menjelaskan air yang telah memiliki pH netral ini kemudian akan mengalir ke lahan basah di sekitar area pertanian, sehingga turut menormalkan kondisi tanah.
“Kalau airnya sudah baik, otomatis tanah di lahan itu juga ikut membaik,” tutupnya.
