SAMARINDA. Anggota DPR RI, Rudy Mas’ud, mengunjungi Universitas Mulawarman dalam rangka kunjungan daerah pemilihan (dapil) dan menjadi pemateri dalam acara Youth Aware Movement. Acara ini bertajuk “Menyongsong Masa Depan Indonesia Emas: Peran Kepemudaan dalam Pembangunan Bangsa”.
Acara ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa yang antusias mendengarkan pemaparan Rudy Mas’ud dan berdiskusi mengenai peran kepemudaan dalam pembangunan bangsa.
Dalam kesempatan tersebut, Rudy Mas’ud menekankan pentingnya pendidikan tinggi untuk memajukan bangsa dan memutus rantai kemiskinan. Rudy Mas’ud menyampaikan keprihatinannya terhadap rendahnya tingkat pendidikan lanjut di Indonesia.
“Saat ini di Indonesia, tingkat pendidikan lanjut masih rendah, yaitu kurang dari 7 persen. Sementara untuk mahasiswanya yang lulus S1 juga masih rendah, baru sekitar 6 persen, dan hanya 0,03 persen untuk S3. Ini menjadi persoalan,” ujarnya.
Ia membandingkan dengan negara-negara maju yang memiliki lulusan S1 minimal 20 persen. “Kalau masih SMA itu baru bisa ngurus diri sendiri. Kalau S1 baru bisa urus yang lainnya. Maka untuk bisa memutuskan rantai kemiskinan ini, presiden BJ Habibie mengatakan bahwa satu-satunya cara adalah lewat pendidikan,” tambahnya.
Rudy juga menyoroti mahalnya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang menjadi beban bagi mahasiswa.
“Ini tanggung jawab kita bersama. Daerah-daerah dengan APBD yang cukup mestinya bisa membantu agar mahasiswa bisa kuliah sampai S1, S2, dan S3. Tergantung pemimpin, kalau pemimpinnya punya kemauan, di situ ada jalan,” jelasnya.
Menurut Rudy, pendidikan bukan hanya untuk mencari tenaga kerja, tetapi untuk mencetak pemimpin yang akan menciptakan lapangan pekerjaan.
“Saya setuju sekali bahwa pemimpin-pemimpin yang ada ini, sekolah-sekolah yang adek-adek ini bisa sampai S1-S3 tentu akan mendapatkan the right men, right job, right place,” katanya.
Rudy menekankan pentingnya beasiswa yang tidak hanya berdasarkan prestasi akademik. “Banyak adek-adek kita ini tidak berprestasi, terus gimana kalau tidak berprestasi, engga kuliah? Kan tidak boleh begitu. Tujuan kita mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya.
Ia terinspirasi oleh Maroko yang menerapkan pendidikan gratis hingga S3 dan memberikan asupan gizi yang baik kepada mahasiswa.
“Saya ingin kalau begitu kita belum mampu, yang penting sekolah kita gratis dulu supaya tidak menjadi beban. Jadi UKT yang tadinya tidak cukup bisa menjadi cukup, dan uangnya bisa untuk membeli makanan yang bergizi,” tutupnya.