BerandaDPRD KaltimBeasiswa “Gratis Pol”: Harapan...

Beasiswa “Gratis Pol”: Harapan Baru Pendidikan Tinggi untuk Generasi Muda Kalimantan Timur

Terbaru

Momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional selalu menjadi waktu yang tepat untuk melakukan refleksi mendalam terhadap arah, tantangan, dan capaian dunia pendidikan di Indonesia. Di tengah semangat untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perhatian terhadap akses pendidikan tinggi bagi seluruh lapisan masyarakat kembali menjadi sorotan penting. Di Kalimantan Timur, isu ini kembali digaungkan oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattolongi, yang menekankan pentingnya optimalisasi pemanfaatan program beasiswa pendidikan tinggi “Gratis Pol” yang telah diluncurkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Dalam pernyataannya kepada media, Darlis menyampaikan bahwa beasiswa “Gratis Pol” bukan sekadar bantuan biaya pendidikan, tetapi merupakan instrumen strategis dalam mendorong transformasi sosial dan pembangunan daerah. Ia menegaskan bahwa setiap anak muda berhak memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi, tanpa harus terhambat oleh keterbatasan ekonomi.

“Program ini adalah jalan pembuka menuju masa depan yang lebih baik. Sudah saatnya kita memastikan tidak ada lagi lulusan SMA yang berhenti di tengah jalan hanya karena tidak mampu secara finansial. Beasiswa ini hadir untuk menjawab masalah itu,” ujar Darlis dengan penuh keyakinan.

Ia menambahkan bahwa program ini merupakan bentuk komitmen nyata dari pemerintah daerah dalam membangun masa depan Kalimantan Timur yang lebih cerdas dan kompetitif, terutama dalam konteks menyongsong pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sedang berlangsung. Menurutnya, kebutuhan akan sumber daya manusia yang terdidik dan berdaya saing tinggi tidak bisa ditunda, dan investasi pada pendidikan menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan masa depan.

Lebih lanjut, Darlis menjelaskan bahwa perbedaan antara lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan pendidikan. Lulusan SMK, kata dia, memang cenderung diarahkan langsung ke dunia kerja karena sistem pendidikannya yang berbasis kejuruan. Namun berbeda dengan lulusan SMA yang seharusnya diarahkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, mengingat kurikulum SMA dirancang untuk mempersiapkan siswa melanjutkan studi, bukan langsung masuk dunia kerja.

“Kita perlu memahami orientasi pendidikan masing-masing jenjang. Lulusan SMA idealnya melanjutkan ke jenjang sarjana karena dari sanalah mereka bisa memperdalam ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan. Di sinilah peran penting beasiswa Gratis Pol,” jelasnya.

Darlis juga menegaskan bahwa beasiswa ini tidak boleh dipandang sebagai sekadar formalitas dalam laporan kinerja pemerintahan. Menurutnya, beasiswa adalah investasi jangka panjang yang menentukan kualitas kehidupan masyarakat di masa depan. Ia menolak pandangan bahwa program semacam ini hanya menjadi “pemanis” dalam kebijakan publik, dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melihat beasiswa sebagai kendaraan perubahan sosial yang nyata.

“Kita harus memastikan bahwa beasiswa ini tidak hanya sekadar ada di atas kertas. Ini adalah peluang emas yang harus dimanfaatkan sepenuhnya. Anak-anak muda harus menyadari potensi besar yang ada di hadapan mereka,” tegasnya.

Ia pun mendorong generasi muda Kalimantan Timur untuk lebih bijak dalam memilih jurusan kuliah. Menurutnya, pemilihan jurusan seharusnya tidak hanya didasarkan pada minat pribadi, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan daerah. Sektor-sektor strategis seperti teknologi informasi, pertanian modern, energi baru dan terbarukan, serta manajemen lingkungan, disebut sebagai bidang-bidang yang krusial untuk masa depan Kalimantan Timur.

“Jangan asal pilih jurusan. Lihat juga kebutuhan daerah. Kita butuh tenaga ahli di bidang-bidang strategis. Anak-anak muda harus cerdas membaca peluang, karena dari situ mereka bisa menjadi bagian dari pembangunan,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Darlis juga menyampaikan pesan yang cukup tegas kepada generasi muda. Menurutnya, jika saat ini masih ada lulusan SMA yang tidak melanjutkan kuliah padahal telah tersedia beasiswa dari pemerintah, maka persoalannya bukan lagi pada ketiadaan biaya, tetapi pada rendahnya kesadaran dan kemauan pribadi.

“Kalau semua fasilitas sudah tersedia, lalu masih ada yang memilih untuk berhenti belajar, maka itu bukan soal ekonomi lagi. Itu soal motivasi pribadi. Pemerintah sudah menyediakan jalannya, tinggal bagaimana generasi muda mau berjalan di atasnya atau tidak,” ujarnya penuh penekanan.

Ia juga mengajak peran aktif dari berbagai pihak—sekolah, guru, orang tua, hingga tokoh masyarakat—untuk ikut mendorong dan mengampanyekan program ini agar informasinya dapat menjangkau hingga ke pelosok desa, bukan hanya beredar di kota-kota besar. Menurutnya, keadilan informasi merupakan aspek penting dalam memastikan inklusivitas dari program-program pemerintah.

Menutup pernyataannya, Darlis menyampaikan harapan besar agar generasi muda Kalimantan Timur tidak menyia-nyiakan masa muda mereka hanya karena keraguan atau ketidakberanian untuk mencoba. Ia percaya bahwa masa depan daerah ini sangat bergantung pada sejauh mana anak-anak mudanya mampu dan mau mengambil peluang yang telah disediakan.

“Kesempatannya sudah ada. Tinggal keberanian untuk mengambil dan memanfaatkannya. Jangan biarkan rasa malas atau takut membuat kalian kehilangan masa depan. Pendidikan adalah jembatan menuju kehidupan yang lebih baik. Mari kita gunakan beasiswa ini sebagai kendaraan perubahan,” tutupnya dengan penuh semangat.

Melalui semangat pendidikan yang inklusif dan berkeadilan, harapan untuk melihat Kalimantan Timur tumbuh sebagai wilayah dengan sumber daya manusia unggul dan siap bersaing di panggung nasional maupun global bukanlah sesuatu yang mustahil. Program seperti “Gratis Pol” adalah tonggak awal yang bisa mengantarkan masyarakat menuju perubahan yang nyata. (adv)

Trending Minggu Ini

Kamu mungkin juga suka