Upaya pemerintah pusat untuk mewujudkan kemandirian dalam sektor pangan kembali ditegaskan melalui kunjungan kerja Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Desa Gunung Mulia, Kecamatan Babulu, menjadi lokasi utama dalam agenda penting tersebut, yang juga sekaligus menjadi panggung apresiasi atas kontribusi besar PPU dalam menjaga ketahanan pangan daerah.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi bagian dari program nasional percepatan swasembada pangan, tetapi juga menandai keseriusan pemerintah dalam membangun sektor pertanian dari wilayah yang selama ini dianggap sebagai salah satu lumbung pangan Kalimantan Timur. Menteri Pertanian hadir didampingi sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, H. Baba, dan anggota DPRD Kaltim lainnya, Baharuddin Muin, serta berbagai pejabat dari tingkat provinsi dan kabupaten.
Kedatangan rombongan Mentan RI disambut hangat oleh jajaran pejabat pemerintah daerah serta warga setempat. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan seremoni resmi yang dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim, Bupati dan Wakil Bupati PPU, serta pejabat teknis dari sektor pertanian. Dalam kegiatan ini, Menteri Pertanian secara simbolis menyerahkan bantuan sarana dan prasarana pertanian senilai lebih dari Rp18 miliar kepada para kelompok tani dan brigade pangan yang tersebar di wilayah Kabupaten PPU.
Bantuan yang disalurkan mencakup berbagai peralatan dan kebutuhan dasar pertanian, seperti traktor roda empat dan dua, rice transplanter, crawler, pompa air, serta benih unggul untuk komoditas utama yakni padi dan jagung. Seluruh bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi petani dan mempercepat proses modernisasi pertanian di daerah.
Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, H. Baba, dalam pernyataannya mengungkapkan rasa bangganya atas perhatian yang diberikan pemerintah pusat kepada Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten PPU. Ia menyebut bahwa kunjungan Menteri Pertanian ini merupakan bukti nyata dari keseriusan pemerintah dalam menindaklanjuti agenda besar Presiden Republik Indonesia dalam bidang pangan.
“Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita semua, bahwa daerah kita menjadi titik fokus perhatian dalam program swasembada pangan nasional. Artinya, PPU dianggap mampu dan memiliki potensi besar dalam mendukung keberlanjutan ketahanan pangan di Indonesia,” ujar Baba.
Lebih lanjut, Baba menjelaskan bahwa menurut data yang disampaikan Bupati PPU, wilayah tersebut saat ini mampu menghasilkan sekitar 4.429 ton gabah dari luas lahan 5.898 hektare. Meski demikian, ia menggarisbawahi bahwa produktivitas tersebut masih memiliki ruang besar untuk ditingkatkan, terutama jika persoalan infrastruktur pertanian, khususnya pengairan, bisa segera diselesaikan.
Dalam konteks itu, Baba kembali menyinggung pentingnya proyek Bendung Gerak Telake yang sebelumnya sempat direncanakan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), namun akhirnya dibatalkan. Ia menekankan bahwa keberadaan bendungan tersebut sangat vital untuk memastikan kelancaran sistem irigasi di Kabupaten PPU dan wilayah tetangga seperti Kabupaten Paser.
“Sistem pengairan adalah kunci dari produktivitas pertanian. Tanpa irigasi yang memadai, mustahil kita bisa berbicara tentang peningkatan hasil panen. Maka dari itu, saya mendorong agar proyek Bendung Gerak Telake bisa dikaji kembali dan dilanjutkan,” tegasnya.
Baba juga memberikan perhatian khusus terhadap isu alih fungsi lahan yang semakin mengkhawatirkan. Ia menegaskan perlunya regulasi yang ketat untuk menjaga kelestarian lahan pertanian produktif, terutama di desa-desa seperti Gunung Mulia yang telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi sektor pangan. Ia mendesak pemerintah kabupaten untuk segera menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang melarang alih fungsi lahan pertanian, agar tidak tergantikan oleh perkebunan kelapa sawit atau komoditas lainnya seperti karet.
Senada dengan Gubernur Kaltim, Baba menekankan bahwa upaya menjaga lahan pangan harus menjadi prioritas bersama sebagai bentuk tanggung jawab terhadap generasi mendatang. Lahan pertanian yang subur dan produktif harus dipertahankan agar program ketahanan pangan tidak tergerus oleh kepentingan jangka pendek.
Dalam rangka menjamin kesejahteraan petani, Baba juga menyampaikan pentingnya intervensi harga gabah oleh pemerintah. Ia mendorong agar Perum Bulog membeli gabah petani dengan harga maksimal Rp6.500 per kilogram. Menurutnya, langkah ini akan menjadi solusi strategis dalam menstabilkan harga di tingkat petani serta meningkatkan daya saing hasil pertanian lokal.
“Dengan harga beli yang berpihak pada petani, kita bisa memastikan bahwa hasil panen mereka tidak hanya diserap dengan baik, tetapi juga memberikan keuntungan layak. Ini penting untuk menjaga semangat petani dalam memproduksi pangan bagi bangsa,” imbuhnya.
Setelah seluruh agenda selesai dilaksanakan di Kecamatan Babulu, rombongan Menteri Pertanian beserta jajaran pejabat daerah kembali melanjutkan perjalanan ke Balikpapan menggunakan helikopter dari lapangan sepak bola Desa Gunung Intan. Kunjungan tersebut diharapkan bukan hanya menjadi bentuk seremonial, melainkan menjadi momentum penting dalam akselerasi pembangunan sektor pertanian di Kalimantan Timur.
Lebih dari sekadar kunjungan kerja, kehadiran Menteri Pertanian di PPU menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah pusat memiliki komitmen serius dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, dengan menjadikan daerah-daerah produktif sebagai garda terdepan dalam mewujudkan kemandirian pangan Indonesia. (adv)